Friday, November 9, 2007

Rasul Juga manusia


MENGENAL Pemuda MUHAMMAD SAW (2)
(Ha Halim Ibnu Hafidz)
Bacaan Remaja.

Profesinya Sebelum Diutus Rasul.
Muhammad saw diangkat sebagai Rasul pada usia 40 tahun.
Tapi sebelum itu, apa pekerjaan beliau? Apa pekerjaan Muhammd saw sewaktu remaja? apa profesi Kangjeng Nabi kita ini. Seorang guru? Ustadz? Atau pertapa yang tiap hari bersmedi dan tinggal di tempat-tempat yang sepi? Ya, sebagai kaum muda yang kritis pasti kamu akan nanya semacam itu.
Wajar aja, sebab Muhammad saw tidak ujug-ujug berubah jadi Rasul. Jadi apa dong yang dilakukannya sebelum masa kenabiannya? Memang sih sewaktu lahirnya sudah ada tanda akan kenabiannya, misalnya bayi Muhammad lahir dibarengi dengan keluarnya cahaya yang menenrangi antara timur dan barat. Lalu di masa balitanya perkembangannya amat cepat. Tapi setelah berkembang menjadi bocah kecil, remaja, pemuda, Muhammad saw berkembang seperti halnya manusia lainnya.
Asal kamu tahu aja, Nabi-nabi lainpun punya profesinya masing-masing sebelum diangkat jadi rasul. Nabi Adam misalnya, beliau adalah seorang petani. Nuh seorang tukang kayu. Daud ahli membuat baju besi. Idris lihai dalam menjahit. Ada juga yang tukang kayu (Zakaria), Sementara Musa as adalah seorang penggembala. Penggembala puluhan sampai ratusan ekor, ya, bukan hanya tiga-empat ekor kambing. Dan kesamaan dari para rasul itu adalah, mereka semua pekerja keras.

Lalu, apa profesi Nabi kita?
Semasa mudanya, Nabi Muhammad saw adalah seorang Wirausahawan yang berhasil, pebisnis profesional. Para sahabat Rasulullah pun banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Abu Bakar, Khalifah pertama dari Khulafa al-Rasyidin, memiliki usaha bisnis pakaian. Umar, Khalifah kedua penakluk Kekaisaran Persia dan Byzantium, pernah berbisnis jagung. Sementara Usman memiliki bisnis pakaian. Imam Abu Hanifah pun pernah melakukan usaha dagang bahan pakaian.
Asal tahu aja, waktu itu berdagang merupakan pekerjaan utama penduduk kota Makkah, karena kondisi sebagian besar tanah di wilayah Hijaz, khususnya di sekitar Makkah memang wilayah padang pasir yang kering. Daerahnya penuh dengan bebatuan, pegunungan tandus, dan langka air. Sulit sekali melakukan usaha pertanian di sana.
Saat inipun, kondisi seperti ini masih bisa dilihat. Kamu pernah pergi umrah? Di Mekah pasti pernah melihat bagaimana Masjidil Haram ini “dikepung” gunung-gunung batu. Hingga untuk membuat jalan raya pun pemerintah Saudi harus membuat banyak terowongan panjang, menembus gunung-gunung batu yang mengelilingi Makkah.
Karena dilahirkan dalam keluarga miskin, sewaktu kecil Nabi saw bekerja sebagai penggembala biri-biri milik orang Quraisy. Ini dilakukan guna meringankan sedikit beban yang ditanggung Abu Thalib, pamannya yang memeliharanya.
Karir bisnis Muhammad saw dimulai ketika nabi berusia 12 tahun. Dalam usia semuda itu, Nabi saw pernah diajak Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis pertama ke Syria.

Muhammad saw, jagoan dagang…
Setelah perjalanan bisnisnya ke Syria, Muhammad saw suka melakukan bisnis kecil-kecilan di Makkah. Ia membeli barang-barang dari satu pasar lalu menjualnya kepada orang yang membutuhkan.
Meskipun masih usaha kecil-kecilan, Muhammad remaja melakukannya dengan segala kejujuran, dan tak pernah membuat para pelanggannya mengeluh atau “komplen”
Muhammad tidak pernah pernah berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ada fakta, tidak hianat, tidak ingkar janji, dsb. Itulah sebabnya beliau terkenal dengan gelar spektakuler Al-Amin, orang yang amat terpercaya. Gelar yang amat besar nilainya buat pebisnis, dimanapun, kapanpun, zaman apapun.
Kamu tahu, adakah pebisnis saat ini yang punya gelar spektakuler seperti Nabi ini? Rasanya belum pernah denger ya…
Ia selalu menepati janji dalam hal mutu barang, harga barang maupun pengiriman barang. Tak pernah ada pertengkaran antara Muhammad dan para pelanggannya, seperti banyak di dilakukan pedagang lainnya waktu itu.
Bila ada permasalahan dengan pembeli selalu diselesaikan dengan damai dan adil. Para pembeli sama sekali merasa tak khawatir kalau Muhammad melakukan usaha penipuan.
Dalam istilah manajemen sekarang, Muhammad saw itu memiliki sifat-sifat yang unggul dalam hal kredibilitas, kepuasan konsumen, efisiensi kerja, persaingan sehat dan profesionalisme. Wah!

Digandrungi Janda Kaya …
Waktu itu kaum Quraisy punya suatu kebiasaan dagang yang cukup mendukung Nabi. Banyak janda kaya dan anak yatim yang kelebihan uang, tapi tak bisa memutarkan uangnya. Mereka perlu menyalurkan dananya kepada pedagang-pedagang yang memerlukannya untuk menjalankan bisnis berdasarkan sistem bagi hasil. Maka terbukalah peluang buat Muhammad saw untuk melakukan kerjasama bisnis dengan mereka.
Salah satunya Khadijah, salah seorang dari banyak wanita kaya di Makkah yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen berdasarkan berbagai jenis kontrak kerjasama (profit sharing). Ia sangat tertarik kepada Muhammad untuk melakukan kerjasama.
Muhammad amat menarik perhatiannya karena sejak kecil sudah terkenal baik budi pekertinya, rajin, jujur, sangat bisa dipercaya. Muhammad saw sudah dikenal penduduk Makkah sebagai Al Amin, orang yang amat terpercaya. Pokoknya banyak yang ngefans deh sama Muhamad remaja.

Khadijah lalu ber mitra dengan Muhammad. Khadijah mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di daerah Utara maupun Selatan Jazirah Arabia. Muhammad kadang-kadang diberi upah. Ya, Muhammad bekerja sebagai karyawan Khadijah dan diberi upah atas hasil kerjanya.
Tapi selanjutnya mereka berbisnis berdasarkan system bagi hasil. Muhammad saw bertindak sebagai mitra dagang Khadijah. Muhammad berwiraswasta dengan modal dagang yang berasal dari Khadijah.
Khadijah amat senang bermitra dengannya karena kerjasma usaha dagang dengan Muhammad selalu menghasilkan keuntungan yang besar. Seringkali keuntungan bisnis Muhammad dua kali lebih besar dibandingkan hasil pedagang-pedagang lainnya.
Ketika statusnya sebagai pegawaipun, Muhammad saw biasanya diupah dua kali lebih besar dibanding karyawan lainnya karena kepintarannya dalam berdagang. Jadi bukan hanya karena Khadijah ngefans banget sama pemuda Muhammad….

Wirausahawan Teladan.
Dari berbagai riwayat yang ditemukan, Muhammad saw memulai aktif berdagang dalam usianya yang masih muda. Sebagian mengatakan pada usia 17 tahun. Dua puluh tahun lamanya beliau berkiprah di bidang usaha sehingga beliau dikenal di negeri-negeri Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arabia. Ya, Muhammad saat itu sering melakukan perjalanan ke luar negeri, masih pakai onta, tentunya coy…..
Dengan sifat-sifat jujur, setia dan professional, maka Muhammad saw sangat dipercayai oleh orang-orang kaya di Mekah. Dengan sifat-sifat demikianlah maka berbagai pinjaman komersial tersedia di kota Mekah, membuka peluang kemitraan antara Muhammd dengan para pemilik modal.

Mereka pada menawarkan modal dan barang kepada Muhammad untuk dioperasikan dalam bisnisnya ke luar negeri. Para investor itu tak ubahnya seperti Lembaga Bank, dalam kondisi saat ini.
Dengan “kredibilitas” tinggi seperti ini membuat Muhammad tak kesulitan mendapatkan modal usaha, terutama dari saudagar Khadijah yang telah lama mengenalnya, dan mengundang banyak pelanggan yang mempercayainya.
Dasar-dasar kewirausahaan yang demikian itulah yang menyebabkan pengaruh Islam berkembang pesat sampai ke peloksok dunia. Banyak para pedagang Arab tempo dulu mengembara ke seluruh dunia, termasuk Indonesia sambil mengenalkan islam.

Rasulullah saw adalah “uswatun hasanah”, manusia suri tauladan. Termasuk dalam berbisnispun beliau telah banyak meninggalkan contoh yang harus ditiru ummatnya

Maskawinnya 20 ekor Unta Muda.
Khadijah telah lama mengenal Muhammad karena keluhuran budinya, sehingga ujung-ujungnya Khadijah r.a pun “melamar” Muhammad untuk dinikahinya.
Khadijah, wanita karir yang kaya raya dan telah menjanda dua kali, waktu itu telah berumur 40 tahun , sementara Nabi saw berusia 25 tahun. Dalam pernikahannya, maskawin yang diberikan kepada Khadijah adalah 20 ekor unta muda. Bisa kita bayangkan, maskawin itu besarnya ratusan juta rupiah jika dinilai pada saat ini. Dan itu rasanya mungkin tak terlepas dari Muhammad sebagai pebisnis yang berhasil.
Setelah menikah dengan Siti Khadijah, Nabi tetap melangsungkan usaha perdagangannya seperti biasa. Namun sekarang Nabi bertindak sebagai manajer sekaligus mitra dalam usaha istrinya.

Di penghujung usia 30-an, Nabi lebih cenderung melakukan meditasi dan ibadah, yang terkadang menghabiskan waktunya berhari-hari, bahkan berminggu-minggu di gua Hira, sampai akhirnya mendapatkan wahyu kenabiannya. Tapi sebelum kenabiannya itu, hingga pertengahan usia 30-an, Nabi masih aktif dalam usaha perdagangan

No comments:

Add to Technorati Favorites