Thursday, November 8, 2007

LIMA MINGGU DI TANAH SUCI



(Ha Halim Ibnu Hafidz)

Sumber: "Tips Praktis Umrah dan Haji"


Jamaah haji Indonesia umumnya tinggal di Tanah Suci selama 5 minggu, atau sekitar 38 hari untuk melakukan ibadah haji, kecuali jemaah haji plus ada yang lebih singkat.
Padahal ibadah haji yang rukun itu sebetulnya bisa dilakukan dalam seminggu saja. Kita rinci saja secara garis besar. Mengerjakan umrah saat baru tiba di Mekah, satu hari. Ibadah Haji ke Arafah, Muzdalifah, Mina sekitar 5 hari. Lalu tawaf ifadah dan Sa’i sehari, dan mengerjakan tawaf Wada ketika mau pulang meninggalkan Mekah.
Jadi, kenapa mesti 5 minggu? Ya, sebabnya kalau semua jemaah haji ingin tinggal hanya seminggu lamanya di Tanah Suci maka ketika pulang ke negeri asalnya kebanyakan orang harus berjalan kaki atau berenang. Betapa sulitnya menyediakan transportasi untuk dua ratus ribu orang sekaligus.


Jadi, sisa waktu yang 4 minggu di Tanah Suci itu bisa kita gunakan untuk mengerjakan ibadah sunat, seperti itikaf di Masjidilharam/Nabawi, zikir, membaca Qur’an, umrah sunat, ziarah, dll.
Banyak juga jamaah yang menggunakan sisa waktunya untuk “tawaf” di ….. Pasar Seng yang terkenal, alias berbelanja, berjalan-jalan mencari kado buat di bawa pulang ke Tanah Air.

Bagaimana Mengisi Sisa Waktu 4 Minggu?
Sebagian orang mengisinya dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sepenuh hati. Mereka menyadari, betapa mahalnya biaya perjalanan ke Mekah. Dan mungkin, cuma sekali ini saja bisa naik haji. Oleh karena itu, kesempatan sebulan di Tanah Suci itu digunakan betul-betul untuk beribadah.
Selain mengerjakan yang wajib, mereka juga banyak mengerjakan ibadah sunat. Betapa sayangnya membuang pahala maha besar secara begitu saja karena salat di Masjidilharam itu misalnya, pahalanya seratus ribu kali dibanding salat di masjid biasa.


Jemaah lain ada juga yang bersikap berbeda. Selesai melakukan ibadah haji di Arafah, berarti sudah boleh rileks, tinggal mengerjakan yang sunat-sunat aja kok. Lalu, mereka banyak menghabiskan waktunya untuk berbelanja di Pasar Seng atau pasar-pasar lainnya untuk mengumpulkan aneka tanda mata. Mirip shopping di tanah suci.
Dengan beragamnya sifat manusia maka beraneka pula tingkah laku mereka di Tanah Suci. Jadi, masih ada “gaya-gaya” moderat lainnya selain kedua model di atas. Memang, pahala itu urusan Tuhan. Kita serahkan saja soal itu mah kepadaNya.

Orang Indonesia….. beken.
Paling tidak, Anda pernah mendengar Pasar Seng, bukan? Di pasar ini banyak sekali pedagang Arab yang paham bahasa Indonesia. Kita seperti belanja di pasar Tanah Abang Jakarta saja layaknya.
Jadi, meskipun tak bisa berbahasa Arab, jangan khawatir, tak bakal kesulitan. Mereka bisa mengucapkan satu riyal, tiga riyal…..dst. Ya, pasar ini memang pasar pavorit orang Indonesia karena harga barangnya relatif murah.
Tapi tidak di Pasar Seng saja. Di pasar-pasar kaki lima lain pun orang Indonesia banyak dikenal. Banyak pedagang yang bisa ngomong Indonesia. Paling tidak, mengerti kata bilangan, dua, lima, sepuluh… , Indunusia bagus…., ayoo murah….. dll.
Para pedagang kaki lima banyak yang berteriak teriak “lima riyal… lima riyal….. ayoo”, padahal pembeli yang mengelilinginya itu ada orang afrika yang hitam atau Turki yang bule, selain orang Indonesia dan bangsa lainnya.
Rasanya, bahasa Indonesia seperti sudah menjadi bahasa kedua di sana. Mungkin, selain paling banyak jamaahnya, bangsa kita paling doyan dalam berbelanja, ehm………

Bagaimana Mengatur Uang Living Cost ?
Jamaah haji Indonesia mendapat living cost sebanyak 1.500 Riyal untuk biaya hidup selama menunaikan ibadah haji. Cukup untuk hidup selama 38 hari? Kalau kita hidup secara sederhana biasanya cukup. Tapi seandainya Anda mau makan di restoran terus, lalu banyak berbelanja barang yang mahal, ya mesti nambah.
Dari jatah 1.500 riyal itu, biasanya dikeluarkan 500 riyal untuk membayar dam (denda haji Tamattu) plus biaya perjalanan untuk ziarah ke beberapa tempat, dll.
Kalau ada biaya-biaya lainnya sebesar 100 riyal, kita masih punya sisa sekitar 900 riyal untuk biaya makan. Artinya, sehari harus menganggarkan sekitar 23.5 riyal, dengan asumsi kita berada di Tanah suci selama 38 hari.


Berapa biaya makan? Di Mekah ada beberapa rumah makan sederhana khas Indonesia. Ukuran ruangannya seperti warung tegal di sini lah. Biaya makan di tempat seperti ini adalah minimal 5 riyal satu porsi (soto, nasi rawon, nasi ikan, dll) Jika makan di restoran yang lebih besar, tentu lebih mahal lagi.
Disamping itu, ada juga pedagang nasi asongan yang lebih murah. Penjualnya yang mukimin wanita asal Indonesia, menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Harga jualnya 1 riyal per potong. Apa itu sepotong ikan, atau daging, atau nasi, atau ayam, semuanya berharga satu riyal.


Jadi, untuk mendapatkan: nasi, ikan, dan tahu misalnya, kita cuma perlu merogoh 3 riyal. Cukup murah. Buah-buahan juga bisa dibeli di sana. Jeruk Kino Pakistan seharga 5 riyal per kilo, apel 7 riyal, dst.
Kalau pengeluaran kita rata-rata 5 riyal sekali makan, dengan 3 kali makan sehari maka bujet kita masih cukup. Dengan syarat makanan sederhana itu tadi plus jeruk, hehe….
Dan belanja oleh-olehnya yang umum saja, seperti sajadah, tasbih, celak mata, jam dinding, dll. Kalau mau beli oleh-oleh yang mahal seperti emas Arab misalnya, itu sih mesti bawa uang tambahan.

Ngomong Arab
Sebelum berangkat haji, sempatkan beli buku bahasa Arab khusus untuk ibadah Haji. Ya, pokoknya belajar sebisanya, terutama belajar hitungan arab. Lumayan, buat bekal berbelanja nanti. Lebih bagus lagi kalau sudah punya dasar penguasaan bahasa Arab.
Di Masjidil Haram pun upayakan untuk sering berkomunikasi dengan jemaah haji asing lainnya. Tak mesti menggunakan bahasa Arab. Kadang lebih banyak menggunakan bahasa Inggris sebab jemaah haji asing yang ditemui bisa berasal dari Pakistan, Bangladesh, Turki, negara-negara afrika, dan negara lainnya yang bahasa keduanya bahasa Inggris.


Jadi, bagi yang buta bahasa Arab, tapi ngerti bahasa Inggris, jangan terlalu takut. Pengurus Muasassah yang keturunan Arab pun banyak mengerti bahasa Inggris. Apalagi petugas bandara. Bahkan di Pasar Seng pun cukup pakai bahasa Indonesia saja.

Melakukan Tiga Kali Umrah.
Berapa biaya melakukan ibadah umrah dari Indonesia? Paling tidak sepuluh juta rupiah sekali jalan. Kalau kita mau ibadah umrah sunat dari Mekah, biayanya cukup 10 riyal (kira-kira Rp 25.000,-) sekali umrah. Mau bukti?
Bila kita selesai melakukan Ibadah Haji ke Arafah (atau sebelumnya), kita bisa mengerjakan umrah sunat. Caranya, kita harus pergi dulu ke “miqat” (misalnya kota Tan’im) untuk memulai umrah, dengan berpakaian ihram.


Dari Mekah kita mesti pergi ke Tan’im naik bis. Jaraknya kira-kira 7 km, dengan biayanya sekitar 5 riyal sekali jalan. Bagi mereka yang tergabung dalam satu KBIH, cukup menyewa satu buah mobil dipakai ramai-ramai.
Sesampainya di Mesjid Tan’im, kita melakukan shalat sunat ihram, dan melakukan niat untuk umrah. Lalu, kita kembali lagi ke Mekah untuk melakukan Tawaf dan Sa’i, diakhiri tahallul. Semua pekerjaan ini bisa selesai dalam sekitar 3 jam.
Jamaah melakukan umrah sunat ini bisa sebanyak sekali, tiga kali, bahkan sampai tujuh kali. Pahala umrah ini bisa diperuntukkan bagi orangtuanya yang sudah tua atau meninggal, dan bagi keluarga lainnya.

Cukup 3 Setel Pakaian
Di Tanah Air, pembimbing haji ada yang berpesan agar kita membawa pakaian cukup 3 setel saja. Alasannya, di Tanah Suci itu pakaian tak cepat kotor. Jangan cemas, anjuran itu benar.
Di Mekah itu panas, tapi keringat di badan cepat kering, tak lengket seperti di Tanah air sini. Menurut ahlinya sih karena tingkat kelembaban udara sangat rendah. Jadi, keringat cepat pergi dan menjemur pakaian pun cepat kering, tak perlu seharian.
Kopor pakaian cukup isi seperlunya saja. Biarkan banyak bagian yang kosong. Yang lebih penting, kan, buat pulang ke Indonesia nanti, untuk memuat oleh-oleh alias tanda mata, hehe… Ingat lho, kopor kita tak boleh lebih berat dari 30 kg,

Main SMS saja……
Perlukah membawa telepon seluler ke tanah suci? Boleh bawa, buat sekedar berkomunikasi. Mengingat biayanya yang pasti aduhai, main SMS sajalah, tak perlu berhalo-halo kalau mau mengirit uang. Kecuali, berbicara untuk hal yang penting benar.
Yang perlu dicermati, ketika kita menerima panggilan dari tanah air pun biayanya hampir tak berbeda saat kita mengontak seseorang di tanah air (kena biaya roaming). Jadi berhati-hatilah dalam menjawab panggilan ponsel.
Alat komunikasi ini cukup berguna. Kita bisa bertukar info dengan keluarga di tanah air. Bahkan bisa juga menanyakan beberapa tatacara ibadah, yang belum difahami, kepada ustadz kita di tanah air.
Tanah suci adalah tempat untuk beribadah, sebaiknya gunakanlah seperlunya.

Air Zam zam dimana-mana…….
Air mineral harganya satu real per botol. (kira2 Rp 2.500). Softdrink juga sama, satu real. Minuman paling murah adalah Zam-zam, maksudnya gratis. Ya, di setiap sudut Masjidilharam kita bisa menemukan air zam zam, lengkap dengan cup/cangkirnya. Tinggal pijit, langsung bisa diminum. Di dalam masjid maupun di luar masjid, selalu teresedia.
Di Masjid Nabawi Madinah pun tersedia air sakral ini.



Jadi, Anda bisa mengirit biaya pengeluaran untuk minum di Tanah Suci dengan cara meminum air zamzam secara gratis setiap hari.


No comments:

Add to Technorati Favorites