Monday, November 5, 2007

Rasul Juga manusia


Setumpuk Uang di Mesjid
(Ha Halim Ibnu Hafidz)
Bacaan Remaja

Suatu ketika Nabi menerima uang 90.000 dirham. Uang itu langsung ditumpuknya di atas tikar lalu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak. Beliau tidak menolak permintaan siapapun yang meminta sampai uang itu habis.
Lain kali, beliau menerima uang dari Bahrain. Jumlah uang itu merupakan yang terbanyak yang pernah diterimanya. Beliau lalu minta meletakkan uang itu ditumpuk di Mesjid.
Kemudian beliau shalat di mesjid itu tanpa menoleh kepada uang tadi. Ketika beliau selesai sembahyang beliau duduk di dekat uang itu dan membagikannya kepada setiap orang yang memintanya. Beliau baru berdiri setelah uang itu habis.
Suatu hari datang seseorang kepada beliau untuk meminta sesuatu. Oleh beliau diberinya orang itu kambing yang banyak, saking banyaknya sampai memenuhi jalan antara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata:”Masuk Islamlah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad itu bila memberi maka dia seperti orang yang tak takut miskin”.

Di saat lainnya, ketika beliau baru kembali dari perang Hunain, datang orang-orang Arab Badui kepada beliau dan meminta sesuatu. Orang-orang itu memaksa membawa beliau ke sebuah pohon dan merampas bajunya.
Beliau berdiri dan berkata:”kembalikanlah bajuku itu. Jika aku mempunyai hewan sembelihan sebanyak pohon duri ini pasti akan aku bagi-bagikan kepada kamu sekalian, dan kamu sekalian tak akan menemukan aku sebagai seorang bakhil, seorang pembohong atau seorang penakut.”
Kemurahan nabi sampai mengalahkan kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya. Beliau memberikan sesuatu barang padahal beliau sendiri sangat membutuhkan barang itu. Beliau memberikan pemberian yang banyak sedang beliau sendiri membutuhkan sedikit saja dari yang diterimanya itu, karena beliau bisa menahan diri dan bersabar.

Malu… kalau tak bisa memberi
Puncak dari sifat kedermawanan beliau ialah beliau merasa malu jika tidak bisa memberi kepada seseorang yang meminta kepadanya. Beliau merasa malu kalau orang yang meminta itu pulang dengan tangan kosong, meskipun Rasul sendiripun memang sedang tak punya apa-apa.
Ada seseorang datang kepada beliau dan meminta sesuatu. Beliau berkata:”aku sedang tak punya apa-apa. Tetapi kamu belilah kebutuhanmu atas tanggunganku, nanti bila aku telah mempunyai uang akan aku bayar”.

Umar bin Khathab yang berada di dekatnya berkata:”Wahai Rasulullah, orang itu telah engkau beri sebelum ini, sesungguhnya Allah tidak membebanimu dengan sesuatu yang engkau tidak mampu memikulnya”.
Rupanya Nabi tidak senanng terhadap kata-kata Umar itu, lalu seorang dari kaum Anshar berkata:”Wahai Rasulullah berilah, dan jangan khawatir bahwa Allah akan memberimu hanya sedikit”. Nabi lalu tersenyum dan wajahnya kelihatan berseri-seri, menyetujui perkataan sahabatnya itu, kemudian beliau berkata:”Inilah yang diperintahkan kepadaku”.

Kalau diminta, apapun diberikannya…
Jabir berkata:”Ketika Rasulullah saw duduk, datanglah kepada beliau seorang anak kecil. Anak itu berkata: ”ibuku mohon kepada engkau agar ia diberi gamis (kemeja). Rasulullah menjawab, ”tunggulah sampai barang itu ada, dan kamu boleh datang kembali”.
Anak kecil itu pulang ke rumahnya dan menceritakan apa yang dikatakan Rasul kepada ibunya. Kemudian ibunya berkata:”kembalilah kamu kepada Rasul lagi, katakan kepadanya bahwa Ibu meminta gamis yang dipakainya”.
Anak tersebut datang lagi kepada Rasul dan menceritakan apa yang dikatakan ibunya. Mendengar itu Rasul masuk ke kamarnya dan menanggalkan gamis yang dipakainya kemudian beliau berikan kepada anak kecil itu. Beliau lalu duduk tanpa baju.

Kebetulan Bilal pada waktu itu sedang adzan, dan kaum muslimin menanti-nantikan beliau, namun Rasulullah tidak keluar dari rumahnya untuk shalat seperti biasanya.
Demikianlah super pemurahnya Nabi saw.
Di hari lainnya, seorang wanita datang kepada Rasulullah saw membawa baju. Wanita itu berkata:”Wahai Rasulullah, aku ingin menghadiahkan baju ini untukmu”, maka Rasulullah menerima baju itu, dan memang beliau sedang memerlukannya, kemudian beliau pakai.
Setelah itu ada salah seorang dari sahabat beliau yang mengetahuinya, lalu dia berkata:”Wahai Rasulullah alangkah bagusnya baju ini, berikanlah kepadaku. Rasul menjawab:”ya”.
Setelah Rasul pergi dari tempat itu, maka para sahabat yang lain menegur orang yang usil meminta baju itu. Mereka berkata: ”Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa Rasul membutuhkan baju itu, dan kamu tahu juga bahwa bila ada seseorang yang meminta sesuatu, beliau tak akan menolak (lalu, kenapa kau lakukan itu?)”.

Berkata Ar-Rabi’ binti Mu’awwidz:”aku datang kepada Rasul membawa kurma dan timun, kemudian oleh Rasul aku diberi perhiasan dari emas. Kejadian ini seperti apa yang dikatakan oleh Ibunda Aisyah bahwa Rasul suka menerima hadiah dan memberi balasan atas hadiah itu. Dan kalau kebetulan lagi ada, maka balasan atas hadiah itupun bisa tak ternilai harganya.
Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling pemurah. Banyak bukti kepemurahan beliau sejak sebelum diangkat menjadi Rasul. Sementara Ibunda Khadijah berkata bahwa Rasul suka menguatkan silaturrahmi, suka menolong orang yang lemah dan mengusahakan sesuatu untuk orang yang miskin. Rasul juga senang menyuguhi tamu, dan suka menolong orang yang sedang menderita musibah.

HIKMAH.
Luar biasa! Rasanya tak ada manusia yang bisa mengalahkan Rasul dalam hal kedermawannya. Rasul itu kaya, banyak hartanya. Sebagai Kepala Negara, beliau mendapatkan hartanya yang berasal dari berbagai sumber, seperti dari hasil pajak negara, jatah pembagian pampasan perang, hadiah-hadiah, dan sumber lainnya.
Rasulullah saw sering menerima hadiah atau pemberian uang dan barang, dari sumber-sumber itu. Contohnya adalah penerimaan uang yng ditumpuk di masjid pada awal cerita Bab ini.

Tapi satu yang jadi ciri khas Rasul. Beliau tak pernah menyisakan apapun yang diberikan kepadanya, berapapun banyaknya, melainkan segera dibagikan lagi sampai habis kepada orang miskin dan masyarakat yang membutuhkannya.
Uang itu tak pernah bermalam di sisinya satu dinar atau satu dirhampun. Bahkan kalau barang atau uang itu masih nyisa, hanya beberapa rupiah atau dirham pun, maka benda itu bakal menjadi siksaan buat Nabi. Beliau tak kan bisa tidur semalaman karena gelisah mengingat sisa uang yang belum dibagikannya itu, yang dianggapnya beliau masih punya utang.
Betul-betul luar biasa.

Tentu saja, rasanya amat susah ya bagi kamu untuk mengikuti gaya Rasul ini. Lagian, derajat keimananmu juga pasti sangat jauh dibanding dengan Rasul.
Tapi bukan itu targetnya. Rasul sangat kasih sayang terhadap ummatnya. Rasul tak pernah membebankan pekerjaan yang sulit kepada ummatnya. Minimal, kamu diminta supaya membayar zakat dengan benar.
Nggak sulit kok. Tidak harus mendermakan seluruh kekayaannya seperti Rasul. Tapi Cuma 2,5% saja buat zakat profesi (zakat penghasilan atau gaji bulananmu), atau 10 persen untuk zakat pertanian, atau jenis zakat lainnya. Plus memberikan sedekah, infak, seikhlasnya. Kecil aja kan jumlahnya?
Lalu, kenapa sih harus berinfak atau sedekah segala?

Sebaiknya cam kan poin-poin di bawah ini:
· Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, dan pada tiap-tipa butir ada seratus biji (Al-Baqarah: 261). Artinya Allah akan menggantinya 700 kali lipat.
· Kamu sekali-kali tidak sampai kepada pengabdian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai … (Ali Imran:92). Kalau ngasih sesuatu, jangan sekedar barang rongsokan yang sudah mau kamu buang.
· Jauhilah kekikiran. Sesungguhnya kekikiran itulah yang menghancurkan orang-orang sebelum kamu, yang mendorong mereka bunuh membunuh, dan menghalalkan apa yang terlarang.

Kapan saatnya bersedekah?
· Bersedekahlah engkau dikala engkau sedang sehat,
· dikala sedang bakhil,
· dikala sedang mengangan-angankan kekayaan
· dan dikala sedang takut miskin.
· Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga kamu baru bersedekah ketika roh mu telah sampai di tenggorokanmu.
Mari, bersedekahlah sebelum terlambat.

No comments:

Add to Technorati Favorites