Monday, February 16, 2009
WISATA KOTA JEDDAH
Undang A. Halim
Sumber: Tips Praktis Umrah dan Haji
Jamaah haji biasa memanfaatkan waktu
tunggu kembali ke Tanah Air dengan berbelanja
suvenir di Jeddah. Pada musim haji, hampir di seluruh
pelosok pasar dan pusat perbelanjaan selalu terlihat
rombongan jamaah haji Indonesia.
Di negara Saudi, hampir semua wanitanya
mengenakan pakaian abaya hitam dengan cadar di
kepala kalau mau keluar rumah, berbelanja dan
lainnya. Seluruh badan tertutup rapat, dan yang
kelihatan hanya kedua matanya saja. Sangat susah
menemukan wanita yang memakai warna baju lain
selain hitam.
Bila ada wanita berpakaian abaya hitam
tanpa cadar sehingga mukanya kelihatan terbuka bisa
dipastikan itu adalah kaum pendatang yang bekerja
di Saudi, termasuk di dalamnya para TKW Indonesia.
Wanita yang non-muslim pun, biasanya
pramugari atau perawat, bisa tetap menggunakan
jubah hitam dengan rambut tergerai.
Suasana Jeddah memang beda dengan kota
Mekah, sebagai konsekuensi kota Internasional. Tapi
suasana ritualnya tetap lain. Menjelang waktu salat
Zuhur atau Asar misalnya, semua toko termasuk
hipermarket dan restoran di area pertokoan tutup
selama setengah sampai satu jam. Selesai salat wajib,
baru dibuka kembali. Dan itu memang aturan
pemerintah Saudi bahwa semua kegiatan perniagaan
juga kantor akan tutup menjelang salat wajib.
Di negeri ini, suasana perniagaan justru akan
lebih ramai di malam hari. Pertokoan biasanya baru
tutup jam 3 pagi. Pengunjung dengan membawa
anak kecil pun masih berkeliaran pada jam 1 malam.
Ongkos taksi di Jeddah berkisar 10 – 30 riyal
(tawar-menawar). Dan jangan kaget bila di tengah
jalan sopirnya menaikkan lagi penumpang lain yang
searah dgn kita, itu memang biasa. Jadi,
penumpang wanita harus lebih berhati-hati. Di sini
taksi seperti bus angkutan umum saja layaknya.
Kota Jeddah terkenal dengan Laut Merahnya,
tempat orang berekreasi. Di tengah laut terdapat
“Pemancar Air Raja Fahd”, air mancur yang bisa
memancarkan air setinggi 260 meter dengan disinari
lampu yang bergantian warnanya, sangat indah. Bisa
kelihatan saat kita naik taksi di salah satu bagian kota
Jeddah.
Di sana juga dibangun 24 stasiun instalasi
pengolahan air laut yang dapat menghasilkan air
jernih dengan produksi 520 juta jeriken air per hari
untuk konsumsi sekitar 40 buah kota di Saudi.
Di kawasan Laut Merah ada masjid yang
selalu dicari oleh para wisatawan, termasuk jamaah
haji Indonesia. Masjid ini dikenal dengan sebutan
Masjid Terapung dan berada di pinggir laut.
Disebut Masjid Terapung karena air laut bisa
sampai ke halaman masjid saat air pasang.
Bangunannya indah dan dibangun dengan
arsitektur modern dengan hiasan kaligrafi di
dalamnya..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment